Cerita Seusai Perjalanan (4)
Perempuan Itu Bernama Rona
"Rona nama indah yang sebentar lagi menyandang gelar Nona"
Hari itu bangun cukup siang seperti biasa karena tadi malam aku berbincang banyak dengan rimba, yaa.. walaupun tidak lama, karena badan yang sudah cukup lelah sekaligus melihat kondisi realita sosial yang sudah bobrok di halaman universitas/bisa di bilang demoralisasi (penurunan moral) yang dapat di lihat dengan mata telanjang. manusia manusia hipokrit yang bisa di bilang banyak dan ketika kita berani untuk mengucapkan suatu kebenaran siap siap saja tidak mempunyai banyak teman, lantas aku pernah berfikir seperti kata kata Soe Hok Gie "Lebih baik di asingkan dari pada menyerah kepada kemunafikan" yaa memang menurutku begitu adanya, seperti niat ku kemarin untuk mencari nomor ponsel rona, padahal yang bisa aku lakukan hanya mengharapkan pak sulaiman seorang padahal sebelumnya aku belum pernah cinta kepada seseorang sejauh ini sampai sampai mencari nomor ponsel, "bagiku cinta bukan hanya sekedar kita menyatakan suka kepada seseorang, tapi bagiku ketika mencintai seseorang aku akan menjaga nya dan memastikan iaa nyaman tinggal di bumi yang luas ini" setelah mata melek dan menyatakan badan untuk bergerak ketika melihat kondisi kos an ternyata rimba sudah tidak ada, menurut ku rimba adalah seseorang kawan yang semangat untuk mewujudkan cita cita nya dan ia kerap berani untuk mengumandangkan perlawanan dan sangat berani untuk mengucapkan suatu kebenaran, sebelum membawa unggas tua ku untuk berjalan jalan ternyata Ponsel ku berbunyi dan ternyata ada telpon masuk dari rimba, ternyata rimba menginginkan aku untuk ke kampus akhirnya sepeda motor ku melaju ke arah Universitas, aku kira ada apa apa ternyata rimba hanya menginginkan aku untuk makan sebentar, "ini makanlah dulu sebentar mengisi tenaga untuk bertemu kekasih engga biasanya kan pejuang revolusi jatuh cinta asal jangan lupa sama cita cita aja" ucap rimba kepada diriku sambil bercanda, "ahh rimba aku kira ada apa, terkait jatuh cinta seperti yang sama sama kita ketahui presiden pertama kita pun cinta nya menyebar kemana mana rimm dan beliau mampu mewujudkan cita cita nya yaitu memerdekakan negara kita ini yaa walaupun tidak sendirian kan hehehe" ucap diriku kepada rimba sambil membalasa candaan nya, "syukur syukur kedapetan kekasih pujaan mu itu, kalo engga pasti di buat hancur perjuangan serta semangat mu itu" ucap rimba kepada diriku, "hehehe engga lah menurut psikolog kita berjuang juga membutuhkan semangat di belakang apalagi dari pujaan, mudah mudahan jadi saudara rimba sebagai teman yang baiik doain aja, makanya jangan lupa untuk sekali kali mampir ke tempat ibadah" ucap balasanku kepada rimba, tak lama makanan yang di pesan rimba pun datang, "ehh merah tumben ke kampus?" ucap budeh warung, "iyaa budeh sekarang kampus selain menjadi tempat belajar, kampus jadi rmh makan saya juga" ucap diriku kepada budeh, "ahh kamu bisa aja udah ini makan biar engga kelaperan" ucap budeh, "oke budeh aku makan yaaa" ucap diriku, setelah makan dan sedikit berbincang dengan rima aku dan unggas tua ku melesat jauh ke arah kwitang untuk memastikan apakah pak sulaiman bisa membantuku atau tidak, setelah berjalan cukup jauh di temani asap dan suara riuh kelakson kendaraan, akhirnya sampai di tempat dimana aku berkenalan dengan rona yaitu toko pak sulaiman, "halloo pakkk" ucap diriku, "apa mas nya nyari buku lagii?" ucap pak sulaiman, "engga pak kali ini berbeda saya kesini mau mencari nomor ponsel yang bisa menyelamatkan diriku dan juga membantuku untuk berterima kasih kepada tuhan karena telah menciptakan manusia yang cukup indah" ucap diriku kepada sulaiman, "aduhh gimana mba rona engga luluh kalo gini caranya" ucap pak sulaiman, "gimana bapak bisa mewujudkan kemauan sayaa gaak paakk" dengan nada nada rayuan aku meminta nomer ponsel dari pak sulaiman, "yahh kaloo ituu sayaa punyaa, tapii inget mas nya jangan sakitin perasaan nya mba rona apalagi sampai sampai membuat dia nangi" ucap pak sulaiman kepada diriku, "sayaa jamin pakk seisi dunia ini akan menjadi saksi bahwasannya nona rona akan bahagia dan tersenyum hari hari nya" ucap diriku, akhirnya setelah mendapatkan nomer ponsel ronaa aku pergi ke warung sejenak sambil melihat realitas sosial yang ada di ibu kota hari itu,
hari itu senja cukup indah yang sebentar lagi matahari istirahat sejenak dan di gantikan peran nya dengan bulan, "ahh senja senja aku gatau kenapa aku bisa jatuh cinta dengannya" ucap diriku kepada diri sendiri, akhirnya setelah lama dan fikir fikir aku memberanikan diri untuk menghubungi rona, "hallo apakah benar ini nona manis yang kemarin ke kwitang" itu isi chat pembuka ku yang pertama dan ternyata rona menjawab "ehh ini siapa yaa", "ini sayaa pangeran merah ingin memberikan sesuatu yang kemarin ketinggalan yaitu buku Sepotong Senja Untuk Pacarku, kira kira saya harus mengantarkannya kemana yaa?", balas chat ku kepada rona, "oh ini merah, nanti aja yaa kalo kita bertemu kembali di toko pak sulaiman" balas rona kepadaku, aku yang tidak membalas kata sesuatu dan hanya bisa menerima keputusan rona pada akhirnya aku bertanya, "kiraa kiraa kapan soalnya saya cukup sibuk hehehe" aku membalas dengan sok sok an sibuk padahal kesibukanku hari hari nya cukup tidak jelas, "lusa yaa tapi saya tidak janji" balas rona, akhirnya aku hanya bisa membalas, "oke ronaa", ahhh padahal ingin sekali bertemu dengannya dekat dekat ini ucap dalam hati, tiba tiba pesan masuk dari rimba, iaa menginkan aku membeli buku "manusia indonesia" karangan pramodeya ananta toer, akhirnya aku kembali ke toko pak sulaiman untuk membeli pesanan rimba, "eh mas balik lagii emng gaa jadii ketemu mba rona?", ucap pak sulaiman, "engga jadi pak, sayangnya rindu saya harus di tahan sampai 2 hari ke depan" ucap diriku, "iyaa mas mba rona itu cukup sibuk, ohh iyaa setau saya itu lusa mba rona ulang tahun waktu itu ketika dia ulang tahun ia datang kesini untuk memberi tau saya", ucap pak sulaiman, "ohhh bapak cukup tau yaa dari pada saya tentang ronaa jangan jangan bapak juga tau siapa jodoh nya" ucap diriku, "kalo jodoh si saya belum tau itukan tuhan mas yang lebi tau, rumah nya mba ronaa saya tapi tau mas" ucap pak sulaiman, "ehh dimana memang pak? ohh iyaa pak saya kesini juga sebenarnnya ingin membeli buku "manusia indonesia karangan pramodeya ananta toer" adaa pak?" ucap diriku, "ohh ini mas ada bukunya, rumah mba rona hmm kasih tau gaaak yaaa" ucap pak sulaiman sambil bercanda, "pakk apakah bapa tega saya tidak bisa bertemu dengannya dan sayaa hilang komunikasi dengannnya" sambil memohon serta merendah hati, akhirnya pak sulaiman memberi tau alamat nona rona, padahal niat awalku hanya ingin membeli buku yang di titipkan oleh Rimba tapi aku membawa kesan indah yaitu suatu alamat salah satu ciptaan tuhan yang indah yaitu nona ronaa, di sepanjang perjalanan pulang akuu memikirkan kira kira apa yang akan ku lakukan esok lusa ketika bertemu dengan rona sambil menatap bulan yang cukup indah serta di temani banyak nya bintang bintang sepertinya hari ini aku tidak usah repot repot untuk menemani bulan, dan akhirnya aku memutuskan untuk memberikan buku "sepotong senja untuk pacarku" alih alih adalah kado ulang tahunn, sesampainya di kos an aku memberikan buku titipan Rimba, "gimana pejuang revolusi apakah cinta mu sudah terpenuhi?" ucap rimba, "ahhh belumm tapii hari ini sepertinya kawan mu ini akan mimpi indah, sudah dulu yaa saudara mu ingin mimpi indah" ucap balasanku kepada rimba, akhirnya badan merebah sembari membaca buku bacaan sambil memikirkan hari esok akan sedikit keliling, mempersiapkan kado untuk rona sambil berdoa, ronaa tidak kesal dan mau menerima ketika aku tiba tiba datang ke rumah nya akhirnya setelah berhayal lebih jauh diriku tertidur lelap....... (CERITA INI BELUM USAI)
Komentar
Posting Komentar